JENIS-JENIS RAYAP (INSEKTA: ISOPTERA) YANG TERDAPAT DI KECAMATAN BANGUN PURBA
KABUPATEN ROKAN HULU
PROVINSI RIAU
TERMITES
SPECIES (INSECTA: ISOPTERA) IN BANGUN PURBA
SUB-DISTRICT
ROKAN HULU DISTRICT
RIAU
PROVINCE
Ridwan Santoso 1)*), Rofiza
Yolanda 1) dan Arief Anthonius Purnama 2)
1)*)
Mahasiswa Biologi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Pasir
Pengaraian
email:
riedwan.santoso@gmail.com
1)
Program Studi Pendidikan Biologi
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Pasir Pengaraian
padangers@gmail.co.id
2)
Program Studi Pendidikan Biologi
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Pasir Pengaraian
ariefpurnama@upp.ac.id
Abstract
Termites are social
insects eating the cellulose that serves as an indicator of environmental
changes. This study was aimed to determine the diversity of Termites species
(Isoptera) in Bangun Purba Sub district Rokan Hulu District Province Riau. This
study was conducted in Mei to November 2o15 by using survey metod. Sample were
collected by Finding Colony and Casual Collelction with direct collection.
Result showed that the termites belong to 3 families (Kalotermitidae,
Rhinotermitidae and Termitidae, 7 subfamilies (Coptotermitinae Heterotermitinae Kalotermitinae Macrotermitinae
Nasutitermitinae Rhinotermitinae Termitinae) ang 14 genera, namely is Bulbitermes,
Coptotermes, Cryptotermes, Globitermes, Glyptotermes, Hospitalitermes,
Macrotermes, Microtermes, Nasutitermes, Odontotermes, Pericapritermes,
Reticulitermes, Schedorhinotermes dan Termes.
Keywords: Macrotermes, Macrotermitinae,
Termitidae and Termite.
1.
PENDAHULUAN
Rayap merupakan bagian serangga yang penting dalam daur ulang
nutrisi tanaman melalui proses disintegrasi (pemecahan) dan dekomposisi material organik. Rayap seringkali juga
merusak kayu bagian dari konstruksi bangunan dan material berselulosa lainnya
di dalam bangunan gedung (Waryono, 2004).
Rayap
termasuk ke dalam ordo Isoptera dari famili Termitidae. Organisme ini memiliki
tubuh yang lunak dan berwarna terang. Kebanyakan dijumpai pada banyak
tempat seperti di hutan, pekarangan, kebun dan bahkan di dalam rumah
(Kambhampati dan Eggleton, 2000). Makanan utamanya adalah kayu dan bahan-bahan
dari selulosa lain serta jamur (Subekti, 2012).
Serangga
ini sangat bermanfaat untuk membantu menguraikan sisa-sisa kayu, serasah dan
sejenisnya menjadi unsur-unsur hara untuk mendukung kehidupan selanjutnya. Akan
tetapi permasalahan muncul bila serangga ini mulai menyerang berbagai material
kebutuhan manusia seperti peralatan rumah tangga yang tebuat dari kayu (Astuti,
2013).Penelitian mengenai rayap di Sumatera telah banyak dilakukan, diantaranya
Syaukani (2006) melaporkan ada sekitar 30 jenis rayap di Taman Nasional Kerinci
Seblat, Sumatera; Handru, Herwina dan Dahelmi (2012) melaporkan lima jenis
rayap yaitu: Hospitalitermes hospitalis, Longipeditermes mandibulatus,
Nasutitermes havilandi, Termes rostratus dan Pericapritermes sp. di
Kawasan Hutan Bukit Tengah Pulau dan Areal Perkebunan Kelapa Sawit, Solok
Selatan. Ningsih dkk., (2013) melaporkan tiga jenis rayap yang menyerang rumah
adat minangkabau, yaitu Macrotermes gilvus, Macrotermes sp. dan Nasutitermes
matangensis.
Dari
sekian banyak penelitian rayap di sumatra yang telah dilakukan namun sampai
saat ini belum pernah ada penelitian mengenai rayap di Kabupaten Rokan hulu
khususnya di Kecamatan Bangun Purba. memiliki batas wilayah sebelah Utara
berbatasan dengan Kecamatan Tambusai, sebelah Selatan berbatasan dengan
Kecamatan Rambah, sebelah Timur berbatasan dengan kecamatan Rambah Hilir dan
sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Sumatra Utara (Zas, 2001).
Kecamatan
ini banyak terdapat perkebunan diantaranya perkebunan kelapa sawit dan
perkebunan karet yang merupakan habitat rayap. Akan tetapi sampai saat ini
belum pernah dilaporkan adanya informasi mengenai jenis rayap. Maka oleh karena
itu akan dilakukanlah penelitian ini.
2.
METODE
PENELITIAN
Penelitian
ini telah dilaksanakan dengan metoda survei pada bulan Mei sampai November 2015
di Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau dan dilanjutkan di
Laboratorium Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pasir
Pengaraian untuk diidentifikasi jenisnya.
Pengumpulan
data rayap dilakukan dengan cara Finding Colony dan Casual
Collection secara koleksi langsung pada 5 stasiun. Lokasi tersebut meliputi
tempat yang dianggap ada koloni rayap. Masing-masing stasiun di ambil titik
koordinat menggunakan GPS. Pengambilan sampel 1 kali pada setiap stasiun dan
kemudian dilakukan pengoleksian pada setiap mikrohabitat seperti (kayu
mati, ranting lapuk, gundukan tanah dan serasah), sarang rayap yang terdapat di
pohon pada ketinggian ± 2 meter juga dikoleksi, menggali gundukan tanah
menggunakan cangkul dan parang untuk membelah kayu-kayu kering yang dianggap
terdapat rayap. Membuka liang kembara pada batang pohon yang masih hidup maupun
sudah mati yang diperkirakan terdapat koloni rayap. Sarang-sarang dari koloni
rayap yang ditemukan segera didokumentasikan kemudian sarang tersebut dibuka
dan rayap yang terdapat di dalamnya dikoleksi (Syaukani, 2013). Rayap yang
diambil mengacu pada rayap kasta prajurit dan rayap kasta pekerja lalu diambil
menggunakan pinset atau kuas dan dimasukkan ke dalam mikrotube yang sudah
berisi alkohol 70% dan diberi label. Kemudian sampel dibawa ke laboratorium
untuk diidentifikasi lebih lanjut.
Sampel akan diperiksa dengan menggunakan mikroskop
binokuler dan diamati karakter morfologi untuk diidentifikasi dan diambil
gambarnya. Identifikasi akan mengacu pada Tarumingkeng (1971); Scheffrahn dkk., (2003); Messenger,
(2004); Sornnuwat, Vongkaluang dan Takematsu (2004); Kadarsah (2005);
Syaukani (2006); Badaruddin (2007);
Riny (2007); Wicaksono (2007); Yunilasari (2008); Pribadi (2009); Subekti (2010); Handru, Herwina
dan Dahelmi (2012); Husni dan Syaukani (2012) dan Sayuthi (2012) kemudian difoto dan disimpan dalam kotak spesimen.
Sampel
yang sudah teridentifikasi kemudian di analisis dengan cara mendeskripsikan
jenis-jenis rayap yang didapat pada lokasi penelitian sampai tingkat genus.
|
|||||
|
|
|
|
|
= Stasiun Utara
= Stasiun Barat
= Stasiun Timur
= Stasiun Selatan
= Stasiun Tengah
= Batas Provinsi
Gambar
1. Peta lokasi pengambilan sampel pada titik
yang sudah di tentukan di Kecamatan Bangun Purba (Sumber: Google Eart, 2015).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari
penelitian yang telah dilaksananakan didapatkan rayap yang terdiri atas 3
famili, 7 subfamili dan 14 genus yaitu Bulbitermes, Coptotermes,
Cryptotermes, Globitermes, Glyptotermes, Hospitalitermes, Macrotermes,
Microtermes, Nasutitermes, Odontotermes, Pericapritermes, Reticulitermes, Schedorhino-termes dan
Termes. Secara lengkap hasil rayap dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel
1. Jenis rayap (Isoptera) dan jumlah yang didapatkan di lokasi penelitian
No
|
Famili
|
Subfamili
|
Genus
|
Lokasi
|
||||
TH
|
TR
|
BT
|
ST
|
UT
|
||||
1
|
Kalotermitidae
|
Kalotermitinae
|
Cryptotermes
|
15
|
|
|
|
|
Glyptotermes
|
17
|
|
|
|
|
|||
2
|
Rhinotermitidae
|
Coptotermitinae
|
Coptotermes
|
45
|
|
|
35
|
|
Rhinotermitinae
|
Schedorhinotermes
|
67
|
|
|
40
|
50
|
||
Heterotermitinae
|
Reticulitermes
|
|
|
|
8
|
|
||
3
|
Termitidae
|
Macrotermitinae
|
Macrotermes
|
102
|
115
|
112
|
111
|
150
|
Microtermes
|
100
|
110
|
91
|
98
|
109
|
|||
Odontotermes
|
98
|
101
|
77
|
88
|
95
|
|||
Nasutitermitinae
|
Bulbitermes
|
67
|
52
|
|
50
|
|
||
Nasutitermes
|
90
|
79
|
69
|
79
|
80
|
|||
Hospitalitermes
|
|
|
|
45
|
|
|||
Termitinae
|
Globitermes
|
99
|
82
|
60
|
35
|
76
|
||
Pericapritermes
|
81
|
91
|
55
|
77
|
69
|
|||
Termes
|
23
|
|
21
|
25
|
|
|||
Total
Individu
|
804
|
630
|
485
|
691
|
629
|
|||
Total
Genus
|
12
|
7
|
7
|
12
|
7
|
Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa genus Macrotermes dari famili Termitidae
cukup tersebar secara merata terutama pada kebun sawit. Sesuai dengan yang
dikatakan Handru, Herwina dan Dahelmi (2012) bahwa kebun sawit memiliki tekstur
tanah yang kering sehingga rayap yang mampu hidup yaitu dari famili termitide
terutama genus Macrotermes. Genus ini banyak ditemukan pada semua
lokasi penelitian. Subekti dkk., (2008) menyatakan bahwa genus Macrotermes
memiliki sebaran yang luas hampir di 100% lokasi penelitian yaitu
ditemukan di Taman Nasional Gunung
Halimun Salak dengan ketinggian 600-700 mdpl dan 900-1000 m di atas permukaan
laut, Cagar Alam Yanlappa Bogor 200-300 m di atas permukaa laut dan Taman
Nasional Ujung Kulon 0-100 m di atas permukaan laut.
Gambar 2.
Diagram batang Jumlah genus pada setiap lokasi.
Gambar 3.
Diagram batang genus rayap yang didapat pada setiap lokasi.
Deskripsi
1. Genus Cryptotermes
Memiliki
ciri antena rayap prajurit terdiri dari 11 ruas dengan panjang tubuh 5,2 mm.
Ciri morfologi kepala berwarna hitam, mandibel hampir tidak tampak, didapatkan
pada kayu kering tidak berhubunhgan dengan tanah.
Tarumingkeng
(1971) menyatakan genus Cryptotermes memiliki ciri-ciri hidup dan
bersarang dalam kayu mati yang kering hawa, tidak berhubungan dengan tanah,
memilik jumlah antena 11-14 ruas, panjang prajurit 5,0-6,2 mm, bahan-bahan
tanah tidak terdapat di dalam sarang, menyebabkan kerusakan dalam kayu,
berbentuk rongga-rongga tak teratur, agak memanjang searah serat dan sering
menyerang perabot rumah tangga.
Gambar 4.
Genus Cryptotermes
2. Genus Glyptotermes
Rayap
prajurit memilik antena 12 ruas dengan panjang tubuh ± 5,1 mm, panjang kepala
dengan mandibel 2,1 mm, tubuh berwarnah putih pucat, kepala berwarna kuning
muda, didapat pada tumpukan kayu kering pada kebun karet.
Sornnuwat, Vongkaluang dan
Takematsu (2004) menyatakan genus ini memiliki ciri-ciri menyerang tunggak, dan
kayu mati yang lembab, memiliki antena 15 ruas atau lebih panjang prajurit
5,0-6,5 mm. Rayap yang hidup dan berkembang hanya dengan mengkonsumsi serat
kayu yang mengandung serat kasar tinggi (Ketaren dkk., 2001).
Gambar 5.
Genus Glyptotermes
3. Genus Coptotermes
Rayap
ini memiliki ciri morfologi kepala berwarna kuning, kepala berbentuk bulat
segitiga, antena terdiri dari 14 ruas. Mandibel berbentuk melengkung di
ujungnya. Panjang tubuh prajurit 5,0 mm, panjang tubuh pekerja 4,8 mm, panjang
kepala dengan mandibel 2,0 mm, dari mulut mengeluarkan cairan susu. Didapatkan
pada kayu kering lembab berhubungan dengan tanah.
Sesua identifikasi Subekti (2010) genus
Coptotermes memiliki kepala berwarna kuning, antena, lambrum dan pronotum
kuning pucat. Antena terdiri dari 9-15
ruas, ruas kedua dan ruas keempat sama panjangnya. Rata-rata panjang kepala
tanpa mandibel pada seluruh sampel rayap berkisar antara 0.92-1.3 mm. Rayap
dari genus ini juga sering disimpulkan sebagai hama pada tanaman yang berada
pada kondisi kelembaban udara 75-90% dan suhu optimum 15-38oC
(Ngatiman, 2014).
Gambar 6.
Genus Coptotermes
4. Genus Reticulitermes
Rayap
prajurit ini memeiliki ciri morfologi tubuh agak keras disbanding rayap lain,
kepala berbentuk seperti kapsul berwarna merah tua, memiliki antena 10 ruas,
panjang tubuh 6,0 mm, panjang kepala dengan mandiblel 2,4 mm, didapatkan pada
kayu mati yang lembab pada pekarangan rumah.
Rayap
dari genus ini memiliki ciri-ciri hidup atau bersarang di dalam tanah oleh
karena itu sering disebut sebagai rayap tanah atau subteran (Wicaksono, 2007).
Pada kasta pekerja ukuran morfologinya agak lebih besar dibandingkan dengan
prajuritnya.
Gambar 7.
Genus Reticulitermes
5. Genus Schedorhinotermes
Prajurit (dimorfis), tubuh
berwarna kuning keseluruhan, antena terdiri 15 ruas, panjang tubuh prajurit
mayor 5,9 mm, panjang kepala mayor dengan mandibel 2,1 mm, panjang tubuh
prajurit minor 3,9 mm dengan panjang kepala prajurit minor 1,3 mm.
Gamabr 8. Genus Schedorhinotermes
Menurut
Tarumingkeng, (1971) prajurit dari genus ini memiliki dua ukuran (dimorfis)
yaitu mayor dan minor dengan jumlah ruas antena 15-17. Ciri umum lainnya
seperti yang dijelaskan oleh Pribadi, (2009) bahwa genus Schedorhinotermes
dapat ditemukan sampai ketinggian 1000 m dpl. Selain itu rayap genus Schedorhinotermes
memiliki daya jelajah sangat luas mencapai 295 m dari sarangnya (Haneda dan
Firmansah, 2015).
6. Genus Bulbitermes
Dari hasil pengamatan Bulbitermes
yang ditemukan memiliki ciri morfologi tubuh berwarna coklat, kepala bulat
segitiga dan memiliki nasus, antena 12 ruas, panjang tubuh 4,8 mm,
panjang kepala dengan mandibel 1,2 mm dan ditemukan pada batang pohon hidup dan
mati dengan membuat liang kembara. Secara sepintas memiliki bentuk morfologi
hampir mirip dengan Nasutitermes, yang membedakan tampak jelas dari
bentuk kepala.
Gambar
9. Genus Bulbitermes
Sesuai dengan yang dinyatakan
(Husni dan Syaukani, 2012). Bulbitermes memiliki kepala berbentuk
segitiga. Genus ini memiliki ciri-ciri antena 12-14 ruas, panjang kepala sampai
ke rostrum (nasus) 1,24-1,35 mm, panjang kepala dengan mandibel
0,98-1,12 mm, panjang rostrum 0,32-0,37
mm dan panjang pronotum 0,16-0,18 mm.
7. Genus Hospitalitermes
Dari
hasil pengamatan genus ini memiliki ciri-ciri tubuh berwarna hitam agak
kehijauan, mempunyai nasus, antena 13 ruas, panjang tubuh 5,8 mm, panjang
kepala 1,9 mm, ruas antena berbentuk panjang, jika diganggu menyemprotkan
cairan lengket yang keluar dari nususnya, sarang arboreal dan berwarna gelap.
Gambar 10. Genus Hospitalitermes
Menurut
Handru, Herwina dan Dahelmi (2012). Hospitalitermes memiliki ciri-ciri:
pada kasta prajurit tubuh berwarna coklat sampai hitam kecoklatan, dimorfis
(besar dan kecil), kepala menyempit pada bagian belakang sendi antena, rostrum
relatif pendek, antena dengan 13-14 ruas, ruas ke tiga sama atau lebih panjang
daripada ruas ke empat.
8. Genus Nasutitermes
Nasutitermes yang ditemukan memiliki
ciri morfologi: Jumlah antena 11 ruas,
dengan panjang tubuh 4,8 mm, panjang kepala dengan mandibel 1,2 mm, memilik
ciri hidup sama dengan Bulbitermes dengan membuat liang kembara dibatang
bohon atau kayu mati.
Gambar 11. Genus Nasutitermes
Ciri-ciri
diatas sesuai dengan yang dinyatakan (Syaukani, 2006). Bahwa kasta prajurit memiliki ciri kapsul
kepala bervariasi, baik dalam ukuran dan bentuk, tanpa penyempitan di belakang
lekukan antena. Rostrum berbentuk kerucut sampai silindris; bentuk pronotum
berupa sadel; kaki-kaki pendek, abdomen terelongasi dan jumlah antena antara
11-14 ruas. Kasta pekerja tubuh berwarna putih kekuning-kuningan sampai merah
kecoklatan jumlah antena antara 12-15 ruas.
Subfamili Termitinae
Subfamili
ini beranekaragam dari segi pakan dan morfologinya. Golongan rayap ini terdiri
atas dua kelompok berdasarkan sumber pakannya yaitu pemakan kayu dan pemakan
tanah atau humus. Termitinae pemakan kayu secara evolusi dianggap lebih rendah
daripada pemakan tanah. Termitinae pemakan tanah ini terdiri atas dua golongan
berdasarkan morfologi mandibel prajuritnya yaitu kelompok mandibel penggigit
yang simetris bilateral dan kelompok bermandibel penampar yang dikenal sebagai
kelompok Capritermes (Susilo, 2007).
9. Genus Globitermes
Bulbitermes yang ditemukan memiliki
ciri morfologi: Tubuh berwarna putih dan kepala bulat berwarna kuning cerah,
memiliki antena 13 ruas dengan panjang tubuh 4,4 mm, panjang kepala dengan
mandibel 1,1 mm, mandibel melengkung membulat dan ada gigi marginal ditengah,
jika merasa terganggau rayap ini mamu mengeluarkan cairan putih susu dari
mulutnya, didapatkan pada kayu lapuk yang sudah tertimbun tanah.
Seperti
yang diungkapkan oleh Sornnuwat, Vongkaluang dan Takematsu (2004) bahwa genus
ini memiliki ciri morfologi kepala berbentuk lingkaran atau membulat, mandibel
melengkung, kuat, terdapat sepasang gigi marginal dan mengeluarkan cairan putih
seperti susu jika merasa terganggu.
Gambar
12. Genus Globitermes
10. Genus Pericapritermes
Kasta
prajurit Pericapritermes yang ditemukan memiliki ciri morfologi bentuk
kepala seperti tabung (elongated headed), kapsul kepala berwarna kuning
sampai kuning kecoklatan, mandibel kiri dan kanan saling menyilang, ujung
mandibel kiri melebar, agak membengkok, antena berjumlah 14 ruas, panjang tubuh
8,1 mm panjang kepala dengan mandibel 3,2 mm, ditemukan didalam tanah yang
tertutup kayu mati yang sudah lapuk.
Gamabr 13. Genus Pericapritermes
Hal
ini sesuai dengan ciri-ciri yang dikemukakan oleh Handru, Herwina dan Dahelmi
(2012). Kasta pekerja pada Pericapritermes memiliki ciri-ciri: antena
berjumlah 13-14 ruas, warna kapsul kepala kuning pucat sampai putih. Kasta
reproduktif atau alates biasanya terbang keluar sarang pada siang hari, sesaat
setelah atau sebelum hujan turun.
11. Genus Termes
Pada
kasta pekerja Termes yang ditemukan memiliki ciri morfologi warna kapsul
kepala putih pucat, antena berjumlah 14 ruas dan abdomen tampak transparan
dengan panjang tubuh 4,5 mm. Jenis ini membuat sarang dari kayu mati dan
sisa-sisa kayu lapuk di bagian bawah pohon dan dibagian ujung kepala ada
tonjolan.
Gambar 14. Genus Termes
Ciri-ciri
di atas sesuai dengan yang dikemukakan oleh Handru, Herwina dan Dahelmi (2012).
Kasta prajurit dari Termes memiliki ciri-ciri kapsul kepala berwarna
putih pucat, labrum pendek dengan sisi lateral lurus, mempunyai penonjolan pada
bagian frontal dikepala, Antena berjumlah 13-14 ruas, mandibula menyilang dan
pada bagian ujung meruncing.
12. Genus Macrotermes
Macrotermes yang ditemukan memilik
ciri morfologi: Warna kepala prajurit berwarna coklat merah. Kasta prajurit terdiri
dari dua bentuk ukuran (dimorfis) yaitu rayap prajurit mayor dan rayap prajurit
minor panjang kepala prajurit mayor 5,1 mm, prajurit minor 3,0 mm, antena 17
ruas, panjang tubuh prajurit mayor 13,1 mm dan panjang tubuh prajurit minor 6,5
mm. Pada penelitian ini, genus Macrotermes didapatkan disetiap lokasi
penelitian.
Gambar 15. Genus Macrotermes
Identifikasi
di atas sesuai dengan pendapat Sayuthi (2012) bahwa Macrotermes mayor
berfontanel pada bagian atas kepala, ujung labrum berhyalin, gigi marginal
tereduksi, antena 17 segmen, memiliki sebaran rambut dan pronotum berbentuk
pelana kuda (saddle shape), panjang kepala prajurit besar, 4,8-5,5 mm
dan panjang prajurit kecil 3,0-3,4 mm. Salah satu ciri khas saat
mengidentifikasi rayap prajurit Macrotermes dijelaskan lagi oleh Riny,
(2007) yaitu terlihat adanya sepasang mandibula yang berukuran besar
berwarna lebih gelap dari kepala, simetris, dapat menutup dan tajam.
13. Genus Microtermes
Dari
pengamatan morfologinya genus ini memiliki ciri tubuh berwarna kuning cerah
dengan panjang tubuh prajurit besar 5,9 mm, panjang kepala dengan mandibel 1,6
mm, antena 15 ruas, didapatkan pada kayu lapuk yang tang berhubungan dengan
tanah, dan juga didapatkan pada semua lokasi penelitian.
Gambar
16. Genus Microtermes
Jenis
berukuran kecil, prajurit dan pekerja, dimorfis dan panjang prajurit - besar
3,5-4,75 mm dan panjang prajurit kecil 2,5-3,75 mm. Mandibula tipis, basis
konkaf, antena 12-15 ruas, spesies berukuran kecil, rayap prajurit lebih kecil
daripada rayap pekerja (Kadarsah, 2005).
14.
Genus
Odontotermes
Dari
hasil pengamatan genus Odontotermes memiliki ciri tubuh berwarna kuning
terang dengan panjang tubuh 8,9 mm, panjang kepala dengan mandibel 4,1 mm,
jumlah ruas antena 16 ruas dan mandibel kiri terdapat gigi marginal. Didapatkan
di semua lokasi penelitian dan hidup didalam tanah. Jenis-jenis berukuran
sedang, prajurit dan pekerja monomorfis panjang tubuh prajurit 5-7.5 mm dan
antena 15-19 ruas.
Hal
ini sesuai dengan pernyataan Yunilasari (2008) bahwa morfologi lain dari rayap
ini adalah kepala berwarna coklat tua sampai coklat kemerahan. Bentuk kepala
melebar, dengan panjang kepala 2.15-2.30 mm dan lebarnya 1.50-1.75 mm. Pada
mandibel sebelah kiri terdapat gigi marginal. Antena terdiri dari 17 ruas. Ruas
kedua sama panjang atau lebih pendek dari ruas ketiga.
Gamabr 17. Genus Odontotermes
4.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilaksanakan ditemukan tiga famili rayap yaitu
Rhinotermitidae, Termitidae dan Kalotermitidae yang dikelompokkan ke dalam
tujuh subfamili dan empat belas genus, yaitu Bulbitermes, Coptotermes,
Cryptotermes, Globitermes, Glyptotermes,
Hospitalitermes, Macrotermes, Microtermes, Nasutitermes, Odontotermes,
Pericapritermes, Reticulitermes,
Schedorhinotermes dan Termes.
5.
DAFTAR
PUSTAKA
Astuti. 2013. Identifikasi, Sebarandan Derajat Kerusakan
Kayu oleh Serangan Rayap Coptotermes (Isoptera: Rhinotermitidae) di Sulawesi Selatan. Disertasi. Universitas
Hasanuddin. Makassar.
Badaruddin.
2007. Identifikasi Rayap dan Serangannya di Hutan
Pendidikan UNLAM Mandiangin Kalimantan Selatan. Jurnal Hutan Tropis Borneo
18(20): 5670.
Google. 2015. Google
Earth 7.1.2.2041. Data Sio Noaa US Navy Nga Gebco. http://earthgoogle.com.
Diakses 10 Oktober 2015.
Handru, A., Herwina, H. dan Dahelmi. 2012. Jenis-Jenis Rayap
(Isoptera) di Kawasan Hutan
Bukit Tengah Pulau Dalam
Areal Perkebunan Kelapa Sawit,
Solok Selatan. Jurnal Biologi Universitas Andalas 1(1): 67-99.
Haneda, N.F. dan Firmansyah, A. 2012. Keanekaragaman Rayap Tanah di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi. Jurnal Silvikultur Tropika 3(2): 9296.
Husni
dan Syaukani. 2012. Description of Bulbitermes
singaporiensis (Haviland) (Termitidae, Nasutitermitinae) at the Gunung
Leuser National Park, Sumatra, Indonesia. The
Proceedings of the 2nd Annual International Conference Syiah Kuala University
2012 & the 8th IMT-GT Uninet Biosciences Conference 2(1): 68-71.
Jafnir dan Dahelmi. 1991. Distribusi Rayap di Hutan Pendidikan dan Penelitian Biologi UNAND Padang. Pusat Penelitian Universitas Andalas. Padang.
Kadarsah,
A. 2005. Studi Keragaman Rayap Tanah dengan Teknik Pengumpanan pada Tumpukan
Jerami Padi dan Ampas Tebu di Perusahaan Jamur PT. Zeta Agro Corporation Jawa
Tengah. Jurnal Bioscientiae 2(2): 17-22.
Kambhampati,
S. dan Eggleton, P. 2000. Taxonomy and Phylogeny of Termites.In Abe, T., Bignell, D.E, dan Higashi,
M. 2000. Termites: Evolution,
Sociality, Symbioses, Ecology. Dordecht: Kluwer Academic. pp: 1-23.
Ketaren,
P.P., Sinurat, A.P., Purwadaria, T., Kompiang, I.P. dan Amir, M. 2001.
Penggunaan Rayap (Glyptotermes montanus) sebagai
Bahan Pakan Ayam. Jurnal Ilmu Ternak dan
Veteriner 6(2): 100-106.
Ningsih,
D.S., Julia, Z.R., Hilmi, L. dan Darmi, L. 2013. Rayap Kayu (Isoptera) pada Rumah-rumah Adat Minangkabau di Sumatera
Barat. Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional
XXVI tahun 2013. Mataram.
Ngatiman.2014.
Serangan Rayap Coptotermes sp. pada Tanaman Meranti Merah (Shorealeprosula Miq.) di Beberapa Lokasi Penanaman di Kalimantan Timur. Jurnal Penelitian Dipterokarpa 8(1): 59-64.
Messenger, M.T. 2004. The Termite Species of Lousiana: An Identification Guide. New
Orlean Mosquito and Termite Control Board Bulletin No. 0404,3rd
Edition.
Pribadi, T. 2009. Keanekaragaman
Komunitas Rayap pada Tipe Penggunaan Lahan yang Berbeda Sebagai Bioindikator
Kualitas Lingkungan. Tesis. Sekolah
Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Riny, S.M. 2007. Identifikasi Rayap Kasta Prajurit
di Wilayah Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(PUSPIPTEK) Serpong, Banten. Skripsi. Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sayuthi, M. 2012. Identifikasi Spesies Rayap Perusak Tanaman
Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Jurnal Ilmiah Pendidikan
Biologi 4(2): 118121.
Scheffrahn,
R.H., Jones, S.C., Krecek, J., Chase, J.A., Mangold, J.R. dan Su, N.Y. 2003. Taxonomy, Distribution and Notes on the
Termites (Isoptera: Kalotermitidae, Rhinotermitidae, Termitidae) of Puerto Rico
and the U.S. Virgin Islands. Journal
Entomological 96(3): 181201.
Sornnuwat,
Y., Vongkaluang, C. danTakematsu, Y. 2012. A Systematic Key to Termites of
Thailand. Kasetsart Journal Natural
Science 38: 349368.
Subekti,
N., Duryadi, D., Nandika, D., Surjokusumo, S. dan Anwar, S. 2008. Sebaran
dan Karakter Morfologi Rayap Tanah Macrotermes gilvus Hagen di Habitat
Hutan Alam. Jurnal Ilmu dan Teknologi
Hasil Hutan 1(1): 27-33.
Subekti,
N. 2010. Karakteristik Populasi Rayap Tanah Coptotermes
sp (Blattodea: Rhinotermitidae) dan Dampak Serangannya. Jurnal Biosaintiļ¬ka 2(2): 110-114.
2012. Biodeteriorasi Kayu
Pinus (Pinusmerkusii) oleh Rayap
Tanah Macrotermes gilvus Hagen
(Blattodea: Termitidae). Jurnal
Bioteknologi 9(2): 57-65.
Sulastri,
A. 2002. Suplementasi Rayap (Glyptotermes
montanus Kemner) dalam Rasum Serta Pengaruh Terhadap Kandungan Mineral (Na
dan K) Plasma dan Tulang Ayam Rokky-301. Skripsi.
Program Studi Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Susilo,
F.X. 2007. Keanekaragaman Serangga Indonesia, Posisinya di Dunia dan Perubahan
Tataguna Lahan: Kasus Rayap1. Konverensi
Nasional Konservasi Serangga pada
Bentang AlamTropis. Bogor.
Syaukani. 2006. A Guide to the
Nasus Termites (Nasutitermitinae, Termitidae) of Kerinci Seblat National Park Sumatra. Yogyakarta: Mitra Barokah Abadi.
Tarumingkeng, R.C. 1971. Biologi dan Pengenalan Rayap Perusak Kayu
Indonesia. Laporan Lembaga Penelitian Hutan No. 138.
Uhi,
H.T., Jachja, J., Mutia, R. dan Nandika, D. 2001. Pengaruh Suplementasi Rayap Glyptotermes montanus Kemner sebagai
Sumber Protein Terhadap Penampilan Ayam Rokky-301. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 6(3): 185-190.
Waryono, T. 2004. Ekosistem Rayap dan Vektor Demam Berdarah di Lingkungan Permukiman. Seminar Sehari Penanggulangan Rayap dan
Vektor Demam Berdarah pada Bangunan dan Perumahan, Klub Pesona Khayangan
Estat, Depok 2 September 2004.
Wicaksono, R.T. 2007.
Inventarisasi Rayap Tanah pada Berbagai Umur Tegakan Acacia mangium Wild di BKPH Parung Panjang KPH Bogor. Skripsi. Departemen Manajemen Hutan,
Fakultas Kehutanan Intitut Pertanian Bogor.
Bogor.
Yunilasari,
M. 2008. Sebaran Jenis Rayap Tanah di Apartemen Taman
Rasuna Kuningan Jakarta dan Potensinya Sebagai Hama pada Bangunan Tinggi. Skripsi. Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Zas, R. 2001. Pembentukan Kecamatan Bangun Purba. http://pekanbaru.bpk.go.id/
wp-content/uploads/2010/07/perda-no3-thn-2001.Diakses: 30 September 2014.